Pas ngetik ini jam menunjukan pukul 00:09 WIB dilayar monitor Saya. Padahal baru aja pulang dobble job dari kandis, harusnya sih ini cape banget. Tapi ga tau kenapa lagi pengen aja ngeluh diblog ini.
Ada apa gerangan sih kawan?
Nah kali ini lagi pengen ngeluhin soal SOSMED yang gak lagi bisa dinikmati fungsinya. Semenjak aplikasi dari China, TIKTOD melejit selama tahun 2020 banyak aplikasi yang meniru cara kerja aplikasi sialan itu. Katakanlah seperti Instagram dan Facebook dengan Reels-nya atau YouTube dengan Shorts-nya.
Secara pribadi sih Saya tidak ada masalah dengan aplikasi tersebut, walaupun sejak kedatangannya aplikasi ini benar-benar hanya menimbulkan orang-orang aneh dengan tujuan utama dalam hidupnya hanya FYP. Tapi makin kesini jelas aplikasi ini benar-benar menyebalkan.
Iya, tapi kenapa Bambang?
Okeh kita mulai.. Jadi gini, masalah terbesar dari aplikasi ini adalah Sistem (Algorytma-nya). Apa itu Alorytma? yaitu cara kerja dari sebuah aplikasi tersebut. Pembahasan ini mungkin emang sedikit rumit, tapi sepertinya sebagai pengguna SOSMED akut Saya perlu berkomentar soal ini.
Setiap SOSIAL MEDIA memiliki algoritma. Segala hal yang terjadi disebuah aplikasi seperti bentuk postingan, kemana postingan itu di bagikan, dan Siapa saja yang dapat melihat postingan tersebut dapat kita sebut sebagai algoritma.
Nah masalahnya adalah, Dulu sistem algoritma dari sebuah sosial media adalah memungkinkan orang-orang hanya melihat apa yang mereka mau dan mereka butuhkan. Dengan begitu, Kita hanya melihat hal-hal yang kita suka. Tapi tidak begitu dengan TIKTOD!! Aplikasi ini membagikan apa saja kepada siapa saja baik itu yang kita suka maupun tidak, yang mana dalam tiktod ini di sebut FYP (For You Page) Jadi secara tidak langsung, saat ini kita dipaksa untuk melihat sesuatu yang sangat mungkin kita tidak suka.
Loh, apa untungnya buat mereka?
Jika kita hanya melihat hal yang kita sukai atau kita butuhkan (sistem algoritma lama) otomatis jumlah pencarian terhadap postingan pasti sedikit dan hanya postingan tertentu saja yang banyak (baik karena mungkin postingan itu bermanfaat, atau memang postingan tersebut memang bagus dari segi kualitas)
Tapi hal tersebut berdampak kurang menguntungkan untuk si aplikasi, karena orang-orang hanya akan mengakses hal atau creator yang itu-itu saja. Katakanlah seperti Chandraliow, Agung Hapsah, MbahArogan dam creator yang mengedepankan nilai-nilai konten seperti jalan cerita dan kualitas dari konten tersebut.
Yang mana hal tersebut membuat orang-orang yang tidak bisa melakukan itu (membuat konsep atau mengedit video dengan creative) malas untuk ikutan membuat postingan atau konten.
lihat aplikasi TOLOL itu, tetap ada notice walau udah di logout |
Nah, di TIKTOD tidak begitu. Tidak ada standart, tidak perlu konsep dan memang tidak perlu apapun agar konten atau postinganmu bisa dishare. Orang-orang yang hanya membuat video hewan kawin sama peluangnya untuk viral dengan orang-orang yang memang membuat video dengan terniat.
Hal inilah akhirnya membuat orang berbondong-bondong membuat omong kosong disosmed. Tidak peduli yang penting banyak yang nonton. Padahal orang-orang yang nonton bukan karena kemauan mereka, tetapi hanya kebetulan memang lewat!
keuntungan bagi TIKTOD adalah pengguna aplikasi tersebut terlihat seolah banyak. Padahal angka dalam konten tersebut tetap masuk padahal penonton SKIP!! Nah, Angka-angka tersebut yang mereka jual untuk para pengiklan produk/brand.
Owh GITU..
Bayangkan sekarang semua SOSMED mengunakan Sistem yang sama. Inilah kenapa sekarang bersosmed sudah tidak bisa dinikmati lagi. Orang-orang sudah tidak peduli dengan apa yang mereka posting. Target mereka adalah bagaimana postingan mereka Viral, FYP atau semacamnya dan mendapatkan angka yang banyak. Jadi sangat tidak heran kita banyak ketemu orang-orang aneh yang tidak sengaja terkenal sekarang.
Bahkan ada orang yang berpikir meninju pohon pisang adalah sebuah bakat! TOLOL emang, tapi begitulah faktanya so-SIAL media sekarang.
#MbahArogan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar